MENDIDIK ANAK SHALAT TAHAJJUD
Anak anak para sahabat tidak hanya memelihara shalat lima waktu, namun juga menambahnya dengan shalat-shalat sunnah. Diantaranya berupa shalat malam seperti yang dilakukan oleh Ibnu Abbas r.a. Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia berkata, “Aku pernah bermalam di rumah bibiku Maimunah binti Harits, istri Nabi. Ketika itu, Nabi sedang mendapat giliran untuk bermalam di rumah bibiku ini.
Nabi menunaikan shalat Isya’ lalu pulang ke rumah untuk melaksanakan shalat sunnah (rawatib), kemudian tidur, lalu bangun kembali. Setelah itu beliau berkata, “Anak kecil itu sudah tidur,” atau kata-kata lain yang serupa.
Sesudah itu beliau bangkit untuk menunaikan shalat, dan aku pun turut bangkit pula dan berdiri di sebelah kiri beliau. Namun kemudian beliau memindahkan posisiku ke sebelah kanan beliau.
Beliau mengerjakan shalat lima rakaat kemudian dua rakaat dan kemudian tidur sampai aku mendengar dengkur beliau. Sesudah bangun, beliau keluar untuk shalat (subuh).
Dalam riwayat Ibnu Huzaimah dalam Shahih-nya disebutkan bahwa Ibnu Abbas berkata, “Aku bermalam (menginap) di rumah bibiku Maimunah lalu aku mengikuti bagaimana Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam mengerjakan shalat. Beliau bangkit untuk mengerjakan shalat, lalu aku pun turut bangkit ke sisi beliau dan mengerjalan shalat di samping kiri beliau. Beliau lantas memegangku dan meletakkanku di sebelah kanan beliau.”
Perhatikanlah bagaimana anak kecil yang memperhatikan gerakan shalat kekasihnya, Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam dan kemudian turut mengerjakan shalat bersama beliau sesudah tidur malam. Lalu perhatikanlah pula perhatian Rasulullah terhadap shalat yang dilakukan oleh anak kecil yang menyertai beliau dan bagaimana beliau meluruskan dan meletakkannya di sebelah kanan beliau.
Demikianlah yang menjadi kebiasaan Nabi, di mana beliau mengerjakan shalat bersama para orang tua, anak-anak kecil, dan kaum lelaki maupun wanita. Akhirnya kebahagiaan pun menyelimuti rumah orang muslim.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas r.a bahwa dia dan Rasulullah serta ibu dan bibinya pernah shalat bersama-sama dengan Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau meletakkan Anas di samping kanan beliau, sedangkan ibu dan bibinya berada di samping keduanya. (Diriwayatkan Imam Syafi’i dalam Musnad-nya).
Di antara kisah menarik yang cukup mengagumkan adalah percakapan Abu Thaifur bin Isa Al-Busthami dengan ayahnya. Syaikh Ibnu Zhafar Al-Makki berkata, “Ketika Abu Yazid Thaifur bin Isa Al-Busthami menghafalkan ayat:
“Wahai orang yang berselimut, bangun (shalat)lah di malam hari kecuali sedikit darinya.” (Al-Muzzammil: 1-2), maka ia bertanya kepada ayahnya, “Ayah, siapa orang yang mendapat perintah dari Allah seperti ini?”
Ayahnya menjawab, “Yang dimaksudkan adalah Nabi Muhammad.”
Ia bertanya lagi, “Wahai ayah, mengapa ayah tidak melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi.” Ayahnya menjawab, “Sesungguhnya shalat malam itu dikhususkan bagi Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam , dan diwajibkan bagi beliau, bukan kepada umatnya.”
Abu Yazid Thaifur pun diam. Namun ketika menghafal ayat selanjutnya, yaitu firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
“Sesungguhnya Rabbmu mengetahui bahwasannya kamu berdiri (mengerjakan shalat) kurang dari dua sepertiga malam atau sepertiga malam atau sepertiganya, dan demikian pula segolongan dari orang-orang yang bersama kamu.” (QS. Al-Muzzammil: 20), maka ia bertanya lagi, “Wahai ayah, aku mendengar bahwa ada segolongan manusia yang mengerjakan shalat malam. Lalu siapakah golongan tersebut?”
Ayahnya menjawab, “Wahai anakku, mereka itu adalah para sahabat-semoga Allah meridhai mereka.”
Ia berkata: “Wahai ayah, adakah kebaikan dalam meninggalkan apa yang dikerjakan oleh Nabi dan para sahabat beliau?” Ayahnya berkata, “Engkau benar, wahai anakku.”
Sesudah peristiwa itu ayahnya selalu bangun malam untuk mengerjakan shalat. Pada suatu malam Abu Yazid terbangun, dan temyata ayahnya sedang mengerjakan shalat. Ia bertanya, “Wahai ayah, ajarkan kepadaku bagaimana cara bersuci (wudhu) dan mengerjakan shalat bersamamu!”
Ayahnya berkata, “Wahai anakku, tidurlah, karena sesungguhnya engkau masih terlalu kecil!”
Ia berkata, “Wahai ayah, jika pada hari ketika manusia dihadirkan untuk diperlihatkan amal perbuatan mereka aku katakan kepada Rabbku: Sesungguhnya aku telah mengatakan kepada ayahku bagaimana cara aku berwudhu dan mengerjakan shalat bersamamu, namun ayah enggan dan justru mengatakan kepadaku: Tidurlah, karena engkau masih terlalu kecil. Apakah ayah suka bila hal ini terjadi?”
Ayahnya kemudian berkata, “Tentu tidak!” Akhimya ia pun mengerjakan shalat malam bersama ayahnya.*Muhammad Suwaid, dari bukunya Mendidik Anak Bersama Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam.