SALAHKAH ISTRI INGIN TAHU GAJI SUAMI?
Oleh: Ustdzh Tri Eviyani
(Pendakwah Muslimah Boyolali)
Jika ada seorang istri ingin mengatahui gaji suami apakah itu salah?. Karena jika seorang istri mengetahui penghasilan suami paspasan, ia akan berusaha untuk hidup hemat dan menahan untuk membeli barang-barang yang kurang penting. Istri berusaha untuk mencukup-cukupkan pemberian suami untuk biaya sekolah anak, maka, bayar listrik, bayar air dan kebutuhan makan. Meski secara matematika semua itu tidak cukup dari pemberian suami.
Tapi kadang banyak para suami yang tidak senang jika istrinya mengetahui besaran gajinya. Entah mungkin pertimbangannya agar istri tidak ikut memikir beratnya mencari uang. Atau karena agar istri tidak hidup boros jika suaminya berpenghasilan besar, atau mungkin karena pertimbangan lain.
Idealnya, suami dan istri seharusnya terbuka dalam berbagai hal termasuk keuangan. Di antaranya tentang berapa pendapatan masing-masing dalam sebulan, apakah ada pemasukan lain di luar gaji yang diterima setiap bulan, dan untuk apa saja uang tersebut digunakan.
Sungguh menakjubkan, bila Anda dan suami saling terbuka dalam menjalankan kehidupan rumah tangga. Tidak ada masalah yang harus dirahasiakan di antara mereka berdua. Nah, di sinilah pentingnya keterbukaan yang diawali dengan komunikasi yang baik, sehingga tidak ada lagi sikap saling mencurigai.
Komunikasi yang baik dan efektif sangatlah penting dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi. Masing-masing (antara istri dan suami) memiliki komitmen dan kejujuran yang tulus, tidak ada yang harus ditutupi. Dengan kata lain, segala permasalahan diselesaikan melalui musyawarah. Firman Allah Ta’ala dalam surat Asy-Syuro ayat 38,
وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.”
Menurut pandangan kami, memang tidak ada kewajiban seorang suami memberitahukan berapa jumlah gaji yang diterima, begitu juga bagi seorang isteri. Hargai sikap suami bila memang itu adalah untuk kebaikannya.
Namun, pada saat yang sama suami wajib menafkahi istri dan keluarga. Istri berhak mendapatkan nafkah dari suami, adapun besarnya tergantung kesepakatan suami dan istri.
Sebagai seorang istri hendaknya menjauhi sikap buruk sangka pada suami. Perasaan bahwa suami memiliki sifat kikir atau bakhil. Berbeda kondisinya bila memang suami menampakkan kekikirannya dengan tidak memenuhi kebutuhan istri dan keluarga, maka seorang istri dapat mengambil uang suami sekadarnya.
Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, “Hindun Binti ‘Utbah, istri Abu Sufyan menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan seorang laki-laki yang pelit (kikir), tidak memberikan nafkah kepadaku dengan nafkah yang mencukupi untukku dan anakku kecuali dari apa yang aku ambil dari hartanya tanpa sepengetahuannya. Apakah aku berdosa karena hal itu?” Rasulullah menjawab, “Ambillah dari hartanya dengan cara ma’ruf apa yang cukup buatmu dan anakmu,” (HR. Muttafaqun ‘alaih).
Jadi yang ideal adalah komunikasikan dengan suami tentang besaran gaji suami. Tetapi jika suami tidak mau mengatakannya, cukuplah seorang istri merasa puas dengan nafkah yang diberikan suami. Jika ada kekurangan dari gaji yang diberikan suami, bicarakan dengan suami. Kuncinya pada komunikasi yang baik antara suami dan istri.
