JAUHI HAWA NAFSU
Seorang penuntut ilmu harus berusaha untuk menjauhi hawa nafsu dan berusaha tunduk terhadap kebenaran. Tidak gengsi untuk mengikuti kebenaran meski ia datang dari orang yang tidak disenangi.
Ibnu Daqiq Al I’ed berkata tentang hal-hal membinasakan yang memasukkan penyakit “pertama: hawa nafsu, sedang ia adalah yang paling buruk, dan ia dalam tarikh kaum mutaakhirin adalah banyak.” Selesai. [ Tadribur rawi, Imam as Suyuthi juz 2 / 370 ]. Maka wajib atas pencari kebenaran untuk memurnikan (niat) dalam mencari al haq dan untuk tidak mengikuti hawa nafsu.
Allah ta’ala berfirman:
يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُم بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan..” (Shad: 26).
Hawa nafsu adalah satu thaghut dari sekian thaghut yang diikuti meyoritas manusia. Dan seseorang tidak akan berpegang teguh dengan al ‘urwah al wustha dan bergabung dengan para pejalan sampai ia berserah diri kepada Allah dan hukum-Nya.
Allah ta’ala berfirman :
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Al Jatsiyah: 23).
Maka hati-hatilah dari thaghut ini dan jauhilah ia sebagaimana menjauhi thaghut-thaghut yang lain untuk merealisasikan tauhid yang merupakan hak Allah atas semua hamba dengan perealisasian yang sempurna.
Lihatlah !, betapa banyak orang yang telah hancur karena mengikuti hawa nafsu dengan condong kepada kesesatan. Allah kunci hati, mata dan pendengaran mereka sehingga tidak memahami dalil dan penjelasan yang datang. Karena itulah mereka dijadikan Allah lebih hina dibandingkan binatang ternak. Dengan kondisi seperti inilah setan dapat mempermainkan mereka dengan seenaknya. Jauhilah hawa nafsu karena ia senantiasa membawa pada jurang kehancuran.
Kisah bal’am bin Baura
Dalam sejarah ada seorang yang ‘alim dan ahli ibadah, tetapi ia menjadi hina di hadapan Allah Ta’ala dan juga manusia. Ialah Bal’am bin Baura’. Allah ta’ala abadikan kisahnya dalam al qur’an ;
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175) وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan memperturutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir.” (Al-A’raf: 175-176)
Menurut pendapat yang mashur, orang ini Bal’am bin Baura ialah seseorang dari generasi terdahulu pada zaman Bani Israel. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Ibnu Mas’ud dan ulama salaf lainnya. Aku [ Ibnu Katsir ] berpendapat bahwa ia adalah Bal’am bin Baura. Nasabnya sampai pada Luth bin Haran bin Azar. Ibnu as-Syakir berkata bahwa dialah orang yang mengetahi nama yang agung. Kemudian dia meninggalkan agamanya. Dia disebutkan dalam al qur’an.
Bal’am menjual ayat ayat Allah untuk penguasa kafir dan mendo’akan kehancuran untuk nabi Musa dan pengikut beliau. Hingga kemudian Allah bailk do’anya dengan mendo’akan keselamatan pada nabi Musa dan pengikut beliau dan kehancuran bagi Bal’am dan raja yang kafir tersebut. Orang yang do’anya tidak pernah ditolak Allah Ta’ala, tetapi karena memberikan bantuan kepada orang orang kafir dalam memerangi Nabi utusan Allah, akhirnya Allah binasakan ia dan para pendukungnya.
Maka aib yang sangat tercela jika ada seorang pencari ilmu atau bahkan ulama’nya cenderang pada dunia dengan menjual ayat Allah ta’ala dengan harga murah. Menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal demi mendapatkan dunia. Semoga Allah ta’ala menjaga kita darinya.



