Tidak dapat dimungkiri bahwa krisis akhlak telah melanda kita. Dari layar televisi maupun berita di koran kita dapat menyaksikan bahwa tindakan manusia di zaman jahiliah modern ini lebih keji dibandingkan dengan jahiliah di zaman Rasul. Pada zaman jahiliah seorang ayah membunuh anak perempuan karena malu. Tindakan membunuh anak perempuan tersebut banyak dikecam oleh Al-Qur’an maupun oleh orang-orang di zaman sekarang. Namun ironisnya, terjadi pula di negeri ini seorang yang membunuh anak perempuannya karena di telah menggaulinya dan kemudian hamil. Untuk menutupi akhlaknya yang bejat itu ia tega membunuh anak darah dagingnya itu.
Adalah para sahabat nabi zaman jahiliyah hidup dalam lumpur kemaksiatan dan kesyirikan. Setelah mereka menerima islam, mereka menjadi orang yang paling mulia akhlaknya. Akhlak kepada Allah ta’ala, nabi Nya, kitab Nya dan kepada manusia dan makluk lainnya. Jadi, pembangunan karakter dan pembenahan akhlak hanya dapat dilakukan oleh islam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
كَمَآأَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولاً مِّنكُمْ يَتْلُوا عَلَيْكُمْ ءَايَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّالَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat atas kalian) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu, yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu, dan menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. [al-Baqarah: 151].
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Wayuzakkihim” (dan menyucikan kamu), yaitu menyucikan mereka dari akhlaq yang rendah, dari kotoran jiwa dan dari perbuatan jahiliah, serta mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. [Tafsir Al-Qur’an Al’-‘Azhim I/291]
Bahkan misi datangnya Rasulullah sallallahu alaihi wasallam adalah menyempurnakan akhlak yang mulia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”. [HR. Ahmad, Hakim, dll]
Imam Hakim menshahihkan hadits tersebut atas syarat Muslim dan disepakati oleh Imam Adz-Dzahabi dan dishahihkan pula oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah no. 45
Akhlak Rasulullah sallallahu alaihi wasallam
Allah Ta’ala memuji tentang akhlaq Nabi Muhammad Shollallaahu ‘alaihi wa sallam, dalam QS. Al-Qalam (68) : 4,
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ
Dari Aisyah radliyallaahu ‘anha yang begitu dekat dengan Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wa sallam mengakui dengan jujur bahwa akhlaq Nabi adalah Al-qur’an, sehingga tatkala ditanya tentang akhlaq Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam ia menjawab;
“Kaa na khuluquhul qur’an” (Hr. Bukhari)
Maka karena pentingnya akhlaq bagi setiap muslim, Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wa sallam telah mensinyalir dalam salah satu haditsnya, yang secara tersurat hadits ini memerintahkan agar setiap muslim berakhlaq yang mulia.
“Sesempurna sempurnanya iman seorang mukmin adalah mereka yang paling bagus akhlaqnya” (Hr. Muslim).
Penyebab kerusakan akhlak
Diantara hal yang nampak dari kerusakan akhlak adalah ; Kemajuan teknologi. Dampak globalisasi teknologi memang dapat memberikan dampak positif. Tetapi tidak dapat di pungkiri lagi bahwa hal ini juga dapat berdampak negative bagi kerusakan moral. Perkembangan internet dan ponsel berteknologi tinggi terkadang dampaknya sangat berbahaya bila tidak di gunakan oleh orang yang tepat. Misalnya : Video porno yang semakin mudah di akses di ponsel dengan internet, game game yang tidak mendidik bagi tumbuh kembang anak dan lain sebagainya.
Kedua adalah Memudarnya kualitas keimanan. Sekuat apapun iman seseorang, terkadang mengalami naik turun. Ketika tingkat keimanan seseorang menurun, potensi kesalahan terbuka. Hal ini sangat berbahaya bagi moral, Jika dibiarkan tentu membuat kesalahan semakin kronis dan merusak citra individu dan institusi. Contohya saja jika para pejabat negeri ini memiliki landasan agama yang baik, maka apa berani dia memakan uang rakyat(Korupsi)?!.
Ketiga Pengaruh lingkungan. Tidak semua guru itu punya sifat yang buruk dan sebaliknya. Terkadang seorang guru melakukan kesalahan karena ada pengaruh buruk dari linkungan sekitarnya. Kondisi lingkungan rumah dan pengaruh kurang baik dari guru lain dapat mendorong seorang guru untuk berbuat kesalahan. Selain itu Pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman sebayanya yang sering mempengaruhinya untuk mencoba dan akhirnya malah terjerumus ke dalamnya. Lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi perilaku dan watak remaja. Jika dia hidup dan berkembang di lingkungan yang buruk, moralnya pun akan seperti itu adanya. Sebaliknya jika ia berada di lingkungan yang baik maka ia akan menjadi baik pula.
Terakhir, Hilangnya kejujuran. Kejujuran adalah sesuatu yang langka pada hari ini. suami sudah tidak jujur kepada istri atau sebaliknya. Karyawan tidak jujur dengan juragan. Pegawaipun juga tidak jujur pada atasannya. Murid sudah berasi menyontek dan lain sebagainya. Padahal hilangnya kejujuran adalah hilangnya islam pada diri seorang mukmin.
Kita butuh teladan akhlak dan takwa
Disaat ini ummat tidak hanya butuh terhadap teladan ilmu tetapi ummat lebih butuh teladan ahklak dan takwa. Sehingga ummat bisa melihat dengan nyata dan mencontoh langsung akhlak dan takwa orang tersebut terutama para ustadz dan syaikh.
Yang perlu dicamkan juga, jika seseorang hendak menuntut ilmu, hendaknya melihat akhlak gurunya. Ibu Imam Malik rahimahullahu, sangat paham hal ini dalam mendidik anaknya, beliau memerhatikan keadaan putranya saat hendak pergi belajar. Imam Malik rahimahullahu mengisahkan:
“Aku berkata kepada ibuku, ‘Aku akan pergi untuk belajar.’ ‘Kemarilah!’ kata ibuku, ‘Pakailah pakaian ilmu!’ Lalu ibuku memakaikan aku mismarah (suatu jenis pakaian) dan meletakkan peci di kepalaku, kemudian memakaikan sorban di atas peci itu. Setelah itu dia berpesan, ‘Sekarang, pergilah untuk belajar!’ Dia juga pernah mengatakan, ‘Pergilah kepada Rabi’ah (guru Imam Malik, pen)! Pelajarilah adabnya sebelum engkau pelajari ilmunya!’. (Waratsatul Anbiya‘, dikutip dari majalah Asy Syariah No. 45/IV/1429 H/2008, halaman 76 s.d. 78)
Jangan lupa berdoa agar akhlak kita menjadi baik
Rasulullah telah mengajarkan berbagai do’a agar diberikan akhlak yang mulia. Diantara do’a do’a tersebut adalah, Dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu bahwa Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam salah satu do’anya beliau mengucapkan:
,أَللَّهُمَّ اهْدِنِيْ لِأَحْسَنِ الأَخْلَاقِ, فَإِنَّهُ لَا يَهْدِيْ لِأَحْسَنِهَا إِلَّاأَنْتَ
وَاصْرِفْ عَنِّيْ سَيِّئَهَالَايَصْرِفُ عَنِّيْ سَيِّئَهَاإِلَّاأَنْتَ
“Ya Allah, tunjukkanlah aku pada akhlak yang paling baik, karena tidak ada yang bisa menunjukkannya selain Engkau. Ya Allah, jauhkanlah aku dari akhlak yang tidak baik, karena tidak ada yang mampu menjauhkannya dariku selain Engkau.” (HR. Muslim 771, Abu Dawud 760, Tirmidzi 3419)
Dan doa dijauhkan dari akhlak yang buruk,
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ وَالأَعْمَالِ وَالأَهْوَاءِ
“Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari akhlak, amal dan hawa nafsu yang mungkar” (HR. Tirmidzi no. 3591, dishohihkan oleh Al-Albani dalam Dzolalul Jannah: 13).
Semoga Allah Ta’ala memberikan akhlak yang baik bagi kita semuanya. Dan hanya kepada Nya lah kita memohon.