Allah telah memuliakan Ahlul Qur’an baik pembaca, penghafal, ataupun yang mengamalkannya dengan keistimewaan yang banyak sekali. Bahkan bagi mereka yang telah menjadikan al qur’an sebagai dzikir harian dengan membacanya hingga beberapa juz, mempelajari dan juga mengamalkannya, Allah ta’ala jadikan mereka termasuk dari keluarga Allah di bumi. Jasad mereka di bumi tetapi ruh mereka mengembara ke langit dekat dengan Allah ta’ala. Dalam hadist Rasulullah sallalahu alaihi wasallam bersabda ;
إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنَ النَّاسِ قَالُوا : مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ : أَهْلُ الْقُرْآنِ هُمْ أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ
“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan hamba pilihanNya” (HR. Ahmad).
Ahlul Qur’an adalah orang yang dekat dengan Allah karena demikian agung kedudukan mereka. Betapa tidak, bukankah mereka itu mempelajari seagung-agung dan setinggi-tinggi ilmu serta semulia-mulia kedudukan dalam Islam yaitu al qur’an ?.
Siapakah mereka ?.
Diantara sifat ahlul qur’an disebutkan oleh ‘Abdullah bin Mas’ud perkataan beliau,
يَنْبَغِـي لِـحَامِلِ الْقُرْآنِ أَنْ يُعْرَفَ بِلَيْلِـهِ إِذَا النَّـاسُ نـَائِمُوْنَ ، وَبِنَـهَارِهِ إِذَا النَّـاسُ مُفْطِرُوْنَ ، وَبِـوَرَعِهِ إِذَا النَّـاسُ يُـخْلِطُوْنَ ، وَبِتَوَاضُعِـهِ إِذَا النَّـاسُ يـَخْتَالُوْنَ ، وَبِـحُزْنِهِ إِذَا النَّـاسُ يَفْرَحُوْنَ ، وَبِبُكَائِـهِ إِذَا النَّـاسُ يّضْحَكُوْنَ ، وَبِصُـمْتِهِ إِذَا النَّـاسُ يَـخُوْضُوْنَ ” .
“Hamilul Qur`an itu mestinya dikenal dengan malamnya saat manusia lain sedang tidur. Dikenal siangnya dengan berpuasa, saat manusia tidak puasa. Dengan waro’nya saat manusia mencampur [yang halal dengan yang haram]. Dengan tawadhu’nya saat manusia sombong. Dengan kesedihannya saat manusia riang gembira. Dengan tangisannya saat manusia tertawa. Dengan diamnya saat manusia mengumbar omongan. [ Sifatush-Shafwah, Imam Ibnul Jauzi, 1/172. ].
Dari perkataan Ibnu mas’ud di atas, bisa dirinci sifat ahlul qur’an diantaranya ;
Pertama, dikenal dengan malamnya saat manusia tidur. Mereka bangun saat malam hari diasaat manusia sedang tidur dengan bacaan bacaan yang panjang. Bagi para penghafal al qur’an, bacaan diwaktu malam adalah bacaan yang paling berkesan. Saat terbaik mengulang ulang ayat ayat dan juga surat surat yang telah ia hafal. Allah ta’ala berfirman ;
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا
“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan (Qur’an) di waktu itu lebih kuat masuk hati” (QS. Al Muzammil).
Maka orang yang mengharap untuk menjadi para ahlul qur’an, sementara ia tidur semalaman dan tidak bangun, atau bangun hanya beberapa menit saja untuk menyelesaikan sebelas rakaat dengan cepat, baginya tidak termasuk dalam golongan ini. Orang yang tidak sanggup bangun malam hakekatnya ia telah dikencingi oleh setan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيْطَانُ فِى أُذُنَيْهِ – أَوْ قَالَ – فِى أُذُنِهِ
“Laki-laki itu telah dikencingi oleh setan pada kedua telinganya -dalam riwayat lain: di telinganya-” (Muttafaqun ‘alaih, HR. Bukhari no. 3270 dan Muslim no. 774). Al Qodhi ‘Iyadh memahami hadits ini secara tekstual. Demikianlah yang benar. Lalu dikhususkan kata telinga yang dikencingi karena telingalah pusat pendengaran untuk diingatkan. Lihat Syarh Shahih Muslim karya Imam Nawawi, 6: 58.
Shalat malam menjadi kegemaran dan kebiasaan orang-orang shalih sa’at itu. Malam yang hening dan tenang menjadi momen berharga untuk bermunajat kepada-Nya. Orang-orang shalih zaman dahulu menjadikan tahajud sebagai perhiasan hidup yang tidak pernah redup, aktifitas indah yang tidak pernah menyisakan rasa lelah. Bagi mereka, sungguh tak berarti hidup ini bila malam berlalu tanpa bersujud dan bermunajat kepada Allah Ta’ala.
Namun kini keadaan berubah. Kaum muslimin merasakan tahajud sebagai sesuatu yang sangat berat untuk ditunaikan. Shalat malam merupakan ibadah yang paling sulit untuk ditekuni. Raga ini begitu berat untuk diajak bangun dikeheningan malam, untuk bersujud kepada-Nya. Bahkan shalat malam menjadi ibadah yang diremehkan oleh umat Islam. Padahal dalam shalat malam terkandung keutamaan dan keistimewaan yang sangat agung.
Kedua; Dikenal siangnya dengan berpuasa, saat manusia tidak puasa. Mereka pada siang harinya biasa untuk berlapar lapar karena Allah ta’ala. Melakukan puasa puasa sunnah entah itu puasa nabi daud dengan sehari puasa dan sehari berbuka, atau puasa senin dan kamis ataupun juga puasa puasa sunnah lainnya. Dan puasa sunnah yang paling disukai Allah ta’ala adalah puasanya nabi Daus alaihis salaam.
إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ وَأَحَبَّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَكَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا
Dari Abdullah bin Amr berkata, “Rasulullah SAW telah bersabda,” Puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Daud dan sholat yang paling disukai Allah adalah sholat Daud. Ia tidur separuh malam, dan bangun sepertiganya, lalu tidur seperenamnya, dan ia berpuasa satu hari lalu berbuka satu hari.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Meski puasa nabi Daud adalah puasa yang paling disukai, tetapi jika dengannya seseorang menjadi lemah untuk bekerja menghidupi keluarga dan juga beribadah dengan khusu’, maka sebaiknya memilih puasa yang lebih ringan dari itu.
Ketiga; dikenal waro’nya saat manusia sudah tidak memperdulikan lagi dari mana mereka dapatkan harta. Entah dari jalan yang haram ataupun dari jalan yang halal. Mereka mencukupkan diri dari yang halal meski sedikit. Tetapi yang sedikit dan halal tersebut akan mendatangkan keberkahan pada harta mereka. Tumbuhlah daging yang halal dan mengalirlah darah yang halal dari badan dan keturunan mereka. Dengan makanan yang halal tersebut akan melahirkan amal shalih.
Orang orang yang ingin menjadi ahlullah pada hari ini tidaklah gampang. Merebaknya riba, jual beli dengan cara yang haram telah menjadi kebiasaan masarakat. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam telah memprediksikan zaman ini sebagaimana dalam hadist ;
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Akan datang satu masa kepada manusia, dimana pada masa itu seseorang tidak lagi memperdulikan apa yang diambilnya, apakah dari yang halal atau dari yang haram”. (R. Bukhari dan Nasa’i dari Abu Hurairah).
Keempat; Dengan tawadhu’nya saat manusia sombong. Tawadhu’ adalah menampakkan diri lebih rendah pada orang yang ingin mengagungkannya. Ada pula yang mengatakan bahwa tawadhu’ adalah memuliakan orang yang lebih mulia darinya.” (Fathul Bari, 11: 341).
Para ahlul qur’an akan menjadi mulia dengan tawadhu’. Karena memang kemualiaan itu hanya didapat dengan ketawadhu’an dan bukan kesombongan. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda ;
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588).
Kelima, enam dan tujuh; Dengan kesedihannya saat manusia riang gembira. Dengan tangisannya saat manusia tertawa. Dengan diamnya saat manusia mengumbar omongan. Para pembaca dan penghafal al qur’an tahu betul tentang keadaan kaum kaum terdahulu yang Allah hancurkan karena keingkaran mereka. Mereka juga tahu betul bagaimana gambaran surga dan neraka. Semuanya telah berulang ulang disebutkan dalam al qur’an. Karena kepahaman mereka inilah mata mereka senantiasa meneteskan air mata yang takpernah kering. Dan itulah buah dari rasa takut mereka kepada Allah ta’ala.
Maka sudah selayaknya para pembaca dan penghafal al qur’an memiliki sifat sifat ini. Dan tidak sepantasnya untuk memiliki sifat banyak omong, lalai, keras hati yang tidak pernah menangis takut pada Allah ta’ala, jarang bangun malam dan tidak pernah puasa di siang hari. Semoga kita diberikan anugerah Allah ta’ala untuk menjadi Ahlul qur’an dan diwafatkan dalam keadaan husnul khotimah.



