KARAKTER ULAMA ROBBANI MENGAMALKAN ILMU & ZUHUD
Seorang pencari ilmu harus selektif dalam mendapatkan ilmu. Mencari guru dari orang orang yang mengamalkan ilmu dan juga zuhud terhadap dunia. Karena itulah ciri yang nampak dari seorang ulama robbani.
Mengamalkan ilmunya. Dengan merefleksikannya dalam segala niatan, ucapan dan tindakan sehari-hari. Lalu mengajarkannya kepada orang lain, dan bersabar atas setiap gangguan yang ia rasakan selama mengajarkan dan mendakwahkan ilmunya. Orang-orang yang mengatakan apa-apa yang tidak mereka amalkan akan mendapat kemurkaan dari Allah Ta’ala. Allah sebutkan di dalam al qur’an ;
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?. [ QS. Al Baqarah : 44 ].
Imam Ibnu Qayyim menyindir para ulama yang tidak mengamalkan ilmunya, dengan mengatakan,” Para ulama su’ berdiri di pintu surga mengajak manusia untuk masuk ke dalamnya dengan ucapan-ucapan mereka, namun perbuatan-perbuatan mereka justru mengajak ke neraka. Setiap kali ucapan mereka berkata kepada manusia “Kemarilah !”, perbuatan mereka mengatakan” Jangan kalian dengarkan ajakan mereka !”. Sekiranya ajakan mereka benar, tentulah mereka menjadi orang yang pertama kali memenuhinya. Lahiriah mereka sebagai para penunjuk jalan, namun sejatinya sebagai para pembegal jalanan.” [ Al Fawaid : 61 ].
Zuhud . yaitu meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat untuk akhirat. Atau dengan ungkapan lain, lebih mementingkan akhirat di saat ada kesempatan untuk menikmati kenikmatan dunia.
Sebagaian salaf mengatakan : Jika kalian melihat seorang ‘alim mencintai dunianya maka akan tertuduh din kalian. [ disebutkan oleh Ibnu Abdil Baar Jami’u bayanil ilmi 1/193 ].
Benarlah sabda Rasulullah yang berbunyi :
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِي غَنَمٍ أَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ
Tidaklah dua srigala lapar yang dilepas pada kumpulan kambing lebih berbahaya dibandingkan kerakusan seseorang atas harta dan kehormatan terhadap diinnya. [ HR. At Turmudzi, dan beliau berkata hadist ini hasan shahih ].
Pengaruh cinta dunia sangat besar dalam pelaksanaan tugas para ulama sebagai pengemban dan penyampai dakwah. Imam Ibnu Qayyim mengatakan,” Setiap ulama yang lebih mementingkan dan mencintai dunia, pasti akan mengatakan hal yang tidak benar dalam fatwa, keputusan, pemberitahuan dan pendapatnya, karena seringkali hukum-hukum Allah Ta’ala bertentangan dengan keinginan (hawa nafsu) manusia, terlebih lagi keinginan para penguasa dan orang-orang yang menuruti syahwatnya. Biasanya, keinginan-keinginan mereka hanya bisa terpenuhi dengan banyak menyelisihi dan menolak kebenaran. Jika penguasa dan ulama sama-sama cinta dunia dan mengikuti syahwat, mereka tidak akan bisa meraihnya kecuali dengan menolak kebenaran yang berlawanan dengan syahwat mereka tersebut.” [ Al Fawaid 100 ].
Semoga Allah Ta’ala selalu memberikan kepada kita guru guru yang baik ahlaknya dan zuhud terhadap dunia. Membimbing kita pada jalan kebenaran dan menjauhkan kita dari jalan kesesatan.